[Kacamata]

Enak kali ya, bisa melihat jelas tanpa kacamata. Kalau nda pakai, melihat apa-apa jadi susah. Jarak pandang yang makin kecil karena minus besar, belum lagi silinder, jadi kalau nempel barang. Bisa dipastikan tidak simetris letaknya.
-

Dulu terlihat keren kayak pemain film, sekarang nda nyaman pakai kacamata. Mungkin dulu kehadiran kacamata ala ala (buat gaya aja), tidak sebanyak sekarang. Tahu ada tren ketika teman yang matanya sehat. Pas ketemu di kelas kok pakai kacamata, sambil senyum dijawab. Ini kacamata buat gaya-gayaan.
-

Awal gejala aku harus pakai kacamata itu waktu SD, saat kelas 3. Waktu itu ada guru jelasin materi, sebagai murid tentu suruh mencatat kan, tapi kok tulisan dipapan tulis menjadi samar. Ujung-ujungnya lapor ke orang tua. Singkatnya aku dibawa ke optik buat ditets, ternyata ada minus.
-

Saat itu kelas 4 SD, semenjak itu perjalanan perkacamataan duniawi hingga sekarang, tapi tiap test di optik minus nambah, silinder antara ada dan tiada. Awalnya minus cuma yang sebelah kanan aja kalau nda salah besarnya masih 1/4. Naik ke minus satu sekian waktu SMP, tapi mata kiri dan kanan, SMA angkanya 3 sekian, kuliah awal angkanya 5 sekian. Tentu mata kiri dan kakan berbeda. 
-

Berbeda cerita kalau silinder, mulai muncul ketika SMP, angkanya lupa heheh. Pas masuk SMA hilang total (heran kan, aku juga hehe), ketemu lagi pas kuliah awal, kisaran 0,5. Menjadi misteri kenapa bisa hilang pas SMA ya? 
-

Selain angka yang tidak kunjung turun, yang bikin resah ketika dibilang sombong karena nda tegur sapa dijalan. 
"sombong amat, nda mau tegur tadi." tanya beberapa teman, kalau sudah gini cuma bisa bilang "monmaap, minusku nambah hehe." tengsin kali salah tegur orang. 
-

Ada lagi keresahan lainnya, sebagai orang yang kalau dirumah males pakai kacamata. Ujung-ujung suka lupa taruh. Kalau ingat syukur, kalau lagi sial ketemunya setelah didudukin atau terinjak. 
-

Mana tahu ada dokter mata yang  mau kasih lasik gratis hahahaha

Komentar